Cari Blog Ini

Senin, 29 Maret 2010

POLISTIRENA FOAM












Apa sih polistirena foam itu?

Mungkin tak banyak orang yang tahu ketika kata polistirena foam disebut. Namun jika kata tersebut diganti dengan styrofoam, pasti semua orang langsung mengetahuinya. Polistirena merupakan salah satu jenis kemasan plastik yang cukup populer di kalangan masyarakat produsen maupun konsumen. Polistirena foam ini dikenal luas oleh masyarakat sebagai styrofoam meskipun sebenarnya styrofoam merupakan nama dagang yang telah dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical. Oleh pembuatnya styrofoam dimaksudkan untuk digunakan sebagai insulator pada konstruksi bangunan, bukan untuk kemasan makanan.


Apa kelebihannya?

Kemasan polistirena foam ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya mampu mempertahankan makanan yang panas/dingin, nyaman untuk dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan pangan yang dikemas, ringan, dan inert terhadap keasaman pangan. Karena kelebihannya itu, kemasan polistirena ini banyak digunakan untuk mengemas makanan/minuman siap saji, segar, maupun yang memerlukan proses lebih lanjut misalnya saja mie instan, bubur, kopi, dan lain-lain.


Bagaimana polistirena foam dibuat dan bagaimana sifat bahan ini?

Polistirena dibuat dari monomer stirena melalui proses polimerisasi. Sedangkan polistirena foam dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi suspensi pada tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin dan menguapkan sisa blowing agent. Polistirena foam dihasilkan dari campuran 90-95% polistirena dan 5-10% gas seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent yang digunakan adalah CFC (Freon), karena golongan senyawa ini dapat merusak lapisan ozon maka saat ini tidak digunakan lagi, kini digunakan blowing agent yang lebih ramah lingkungan.

Polistirena bersifat kaku, inert, dan merupakan insulator yang baik. Sementara polistirena foam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi udara yang tidak dapat menghantar panas sehingga hal ini membuatnya menjadi insulator panas yang sangat baik. Makin rendah kerapatan foam maka makin tinggi kapasitas insulasinya.

Polistirena dapat digunakan untuk mengemas makanan pada rentang suhu yang bervariasi, tetapi jika digunakan untuk mengemas makanan dengan suhu tinggi, memungkinkan monomer stirena bermigrasi ke makanan dan selanjutnya ke dalam tubuh manusia. Migrasi monomer ini dipengaruhi oleh suhu, lama kontak, dan tipe makanan. Semakin tinggi suhu, lama kontak, dan kadar lemak makanan yang disimpan, maka semakin besar migrasinya. Minuman beralkohol dan bersifat asam juga dapat meningkatkan laju migrasinya.


Apa sih bahaya penggunaan polistirena foam?

Sebenarnya polistirena adalah plastik yang inert sehingga relatif tidak berbahaya bagi kesehatan, namun yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan terjadinnya migrasi dari monomer stirena ke dalam makanan yang dapat menimbulkan resiko bagi kesehatan jika terpapar dalam jangka panjang. Bahaya monomer stirena terhadap kesehatan setelah terpapar dalam jangka panjang antara lain :

- Menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat, dengan gejala seperti sakit kepala, letih, depresi, disfungsi sistem saraf (waktu reaksi, memori, akurasi, dan kecepatan visiomotor, fungsi intelektual), hilang pendengaran, dan neuropati periferal.

- Beberapa penelitian menduga adanya hubungan paparan stirena dengan meningkatnya resiko leukimia dan limfoma. Juga diduga dapat menyebabkan kanker pada manusia (terdapat bukti yang terbatas pada manusia dan kurang cukup bukti pada binatang percobaan).

- Monomer stirena dapat masuk ke dalam janin jika kemasan polistirena digunakan untuk wadah pangan beralkohol karena alkohol dapat melintasi plasenta. Selain itu, monomer stirena juga dapat mengkontaminasi ASI.

Selain masalah kesehatan, kemasan plastik polistirena juga menimbulkan masalah lingkungan karena bahan ini sulit mengalami peruraian biologik dan sulit didaur ulang sehingga sisanya masuk ke lingkungan.


Bagaimana menggunakan polistirena foam secara aman?

Untuk mengurangi migrasi monomer stirena dari kemasan polistirena foam dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

- Gunakan kemasan polistirena hanya untuk sekali pakai.

- Hindari penggunaan kemasan polistirena foam untuk pangan yang panas.

- Hindari penggunaan kemasan polistirena foam untuk pangan yang mengandung alkohol, asam, dan lemak. Stirena yang menjadi bahan dasar polistirena larut lemak dan alkohol sehingga kemasan jenis ini tidak cocok untuk produk susu dan yoghurt yang mengandung lemak tinggi, serta produk yang mengandung alkohol.

- Jika pangan yang akan dikemas bersuhu tinggi, mengandung alkohol, asam ataulemak maka sebisa mungkin gunakanlah kemasan yang terbuat dari keramik, gelas atau kaca.

- Jangan pernah memanaskan atau memasukkan makanan dengan kemasan polistirena ke dalam microwave.

- Sebelum mengemas pangan dengan kemasan polistirena dapat dipasang alas jenis plastik lain misalnya polietilen atau polipropilen.

- Hindari penggunaan kemasan ini oleh wanita hamil dan anak-anak.

Jumat, 12 Maret 2010

DISMENORE

Dismenore adalah istilah untuk nyeri haid. Dismenore ditandai dengan gejala kram pada abdomen (perut) bagian bawah dan adakalanya menjalar sampai ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus-menerus ada. Biasanya dismenore ini muncul menjelang dan selama menstruasi, mencapai pucaknya dalam 24 jam dan akan menghilang setelah 2 hari. Penyebab nyeri ini adalah tingginya kadar hormon prostaglandin sehingga memicu terjadinya kontraksi rahim (wanita yang mengalami dismenore memiliki kadar prostaglandin 5-13x lebih tinggi dibanding wanita yang tidak mengalami dismenore). Dismenore juga sering disertai sakit kepala, mual, muntah, sembelit atau bahkan diare.

Dismenore sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder. Disebut dismenore primer jika tidak ada penyebab lain yang mendasari munculnya nyeri. Dismenore primer ini biasanya timbul pada masa remaja, 2-3 tahun setelah menstruasi pertama dan gejalanya semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia dan kehamilan. Hal tersebut karena adanya kemunduran saraf rahim dan hilangnya sebagian saraf pada akhir kehamilan. Lebih dari 50% wanita mengalami dismnenore primer ini, dan 15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat. Perbedaan beratnya nyeri tergantung pada kadar prostaglandin. Namun ada juga faktor-faktor lain yang dapat memperburuk gejala dismenore, antara lain rahim yang menghadap ke belakang (retroversi), kurang olah raga, serta adanya stres psikis maupun stres sosial.

Sedangkan dismenore sekunder adalah dismenore yang disebabkan oleh kelainan kandungan, seperti endometriosis, fibroid, peradangan tuba falopii, terjadinya perlengketan abnormal antar organ dalam perut, dan pemakaian IUD. Dismenore sekunder ini umumnya muncul pada usia 20 tahun, namun jarang ditemukan dan hanya terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore. Dismenore sekunder menimbulkan gejala nyeri yang lebih berat dibanding dismenore primer, dimana jaringan uterus berimplantasi diluar uterus (misalnya di tuba falopi atau ovarium).

Untuk mengurangi rasa nyeri pada dismenore ini dapat digunakan obat penghilang rasa nyeri yang termasuk dalam NSAID (Non Steroid Anti Infammatory Drug), seperti asam mefenamat, ibuprofen, naproksen. Obat-obat tersebut bisa diminum 2 hari sebelum menstruasi sampai hari pertama dan kedua menstruasi untuk mencegah munculnya rasa nyeri. Gejala lainnya seperti mual dan muntah umumnya akan hilang jika nyeri atau kramnya sudah teratasi. Namun jika nyeri yang timbul sangat hebat dan dirasakan terus-menerus, dapat digunakan hormon estrogen dan progesteron dosis rendah. Pemberian hormon tersebut dimaksudkan untuk mencegah terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur) dan menghambat pembentukan prostaglandin sehingga akan mengurangi beratnya dismenore. Jika dismenore sangat berat bisa dilakukan ablasio endometrium, yaitu suatu prosedur dimana lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan alat pemanas.

Sedangkan untuk dismenore sekunder, pengobatannya tergantung dari penyebabnya.

Selain dengan obat-obatan, dapat juga melakukan hal-hal berikut untuk mengurangi nyeri dismenore :

  1. Kompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau bantal pemanas khusus untuk meredakan nyeri.
  2. Minum banyak air, hindari konsumsi garam dan minuman berkafein untuk mencegah pembengkakan dan retensi cairan.
  3. Olahraga secara teratur bermanfaat untuk membantu mengurangi dismenore karena akan memicu dikeluarkannya hormon endorfin yang dinilai sebagai pembunuh alamiah untuk rasa nyeri.
  4. Makan makanan yang bergizi, kaya akan zat besi, kalsium, dan vitamib B komplks. Jangan mengurangi jadwal makan.
  5. Istirahat dan relaksasi dapat membantu meredakan nyeri.
  6. Lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres, misalnya pijat, yoga, atau meditasi untuk membantu meminimalkan rasa nyeri.
  7. Pada saat berbaring telentang, tinggikan posisi pinggul melebihi posisi bahu untuk membantu meredakan gejala dismenore.

(dari berbagai sumber)

 
Template designed using TrixTG